Pengertian Majas Satire Lengkap Kalimatnya

Definisi Majas satire merupakan majas atau gaya bahasa yang berfungsi untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Sindiran tersebut biasanya disampaikan secara tidak langsung atau berupa kiasan

Majas Satire ialah majas yang mengungkapkan suatu hal dengan menggunakan penguatan terhadap makna yang ingin disampaikan. Pada penerapannya dalam kalimat seringkali majas ini digunakan untuk ejekan atau untuk bahan lelucon terhadap suatu hal. Berikut beberapa contoh majas satire dalam kalimat:

Majas Satire dalam Kalimat

  1. Ah, percuma saja aku menasihatimu, kalu ternyata selama ini ucapanku hanya dianggap hembusan angin saja! 
  2. Ah, percuma saja kau punya sepasang mata, kalau sosokku ini saja tak pernah kau tengok sekalipun! 
  3. Ah, untuk apa kau bertahun-tahun membesarkan badanmu, kalau mengangkat galon ini saja kau tidak bisa! 
  4. Aku sangat tidak menyangka bahwa kau mempunyai sifat seburuk itu. Padahal dia sudah sangat baik dan juga peduli padamu, namun engkau malah menganggapnya sebagai pengganggu dalam hidupmu. 
  5. Aku tak menyangka ternyata kau itu serigala berbulu domba. Tega-teganya kamu menipuku dari belakang. 
  6. Alamak, tak ada yang menyahut ucapanku sama sekali! Apakah jangan-jangan tadi aku berbicara dengan pepohonan? 
  7. Ambillah sendiri barang yang kau butuhkan, memangnya kau tak punya kaki dan tak bisa berjalan? 
  8. Apa gajimu dalam sebulan sangat kecil ya, sampai-sampai membeli baju pun kau tak sanggup? 
  9. Apa kamu tidak punya rasa terima kasih? Sudah kubantu malah memfitnahku. 
  10. Apa kau tidak lagi merasa risih dengan rambutmu yang sudah terlalu panjang itu? 
  11. Apa kau tidak melihatku yang berada di depanmu? Apa kau buta? 
  12. Apa paru-parumu terbuat dari besi? Masih saja engkau merokok dengan kondisi kesehatan yang buruk itu. 
  13. Apa sekarang harga gula sangat mahal? Kenapa kopi ini yang terasa hanya pahitnya saja. 
  14. Apa selama ini jau tak bisa melihat? Perhatikan orang-orang disekelilingmu yang hidup dengan serba kekurangan dibandingkan dengan dirimu. 
  15. Apa telingamu sudah tidak bisa digunakan lagi ya? Sudah puluhan kali aku memanggilmu tapi kau tidak mendengarnya. 
  16. Apakah aku harus membenturkan kepalamu ke tembok, agar kau menyadari kesalahan yang kau buat itu? 
  17. Apakah harga gula terlalu mahal? Sampai kopi ini terasa sangat pahit. 
  18. Apakah hati nuranimu saat ini sedang tidur? Bisa-bisanya kau berbuat jahat kepada Ibumu sendiri! 
  19. Badan sih boleh tinggi, tapi hatinya jangan tinggi juga dong! 
  20. Bagaimana kau bisa jadi sebodoh ini, apa kau masih berotak? 
  21. Bau busuk ini sangat menusuk hidung akan tetapi kau biasa saja terhadap bau yang mengganggu ini, apa hidungmu masih berfungsi? 
  22. Begitu asyiknya kalian bergosip, sampai salam dariku saja tidak kalian anggap. 
  23. Berulang kali kau salah memasukkan gula ke dalam masakan, apa kau ini bodoh? 
  24. Cobalah bersihkan dirimu dengan benar dan hilangkan bau badanmu yang tak sedap itu, apa hidungmu bermasalah sehingga kau tak mampu mencium aroma busuk tubuhmu sendiri? 
  25. Dari tadi aku memanggilmu berkali-kali tapi kau tidak juga mendengarnya, apa kau tuli? 
  26. Hambar sekali masakan ini! Apakah persediaan bumbu-bumbu masakan di rumah kita sudah sangat sedikit ya? 
  27. Harga gula sedang mahal sekali, ya? Sungguh, deh, kopi ini pahit sekali 
  28. Hei, paru-parumu sekarang terbuat dari batu ya? Sudah sakit begini masih saja kau merokok! 
  29. Kau lupa bawa jam tangan ya? Bisa-bisanya kau bermain sampai lupa waktu! 
  30. Kau mau diet seperti apa lagi? Tubuhmu kini hampir seperti kulit yang membungkus tulang.
  31. Kau menyetel musik sangat keras, apa pendengaranmu bermasalah? 
  32. Kau sekarang buta warna ya? Sudah tahu tadi lampu merah. Eh, kau malah seenaknya menerobos. 
  33. Kau sudah gila ya? Badanmu sudah kurus begitu tapi kau masih saja berdiet. 
  34. Kau sungguh tak mengerti situasi, tengah hari di siang bolong ini kau menggajakku lari marathon? Apa kulitmu terbuat dari besi? 
  35. Kau tak bisa membaca waktu ya, sampai-sampai kau tak tahu kalau aku menunggumu sampai lma jam lamanya. 
  36. Kau tak pernah diajari cara mengucapkan terima kasih ya? Kamu sudah dia bantu, tapi kamu malah mengabaikan dia. 
  37. Kenapa kau bisa keliru membedakan gagang telefon dengan setrika? Lihatlah wajahmu yang terlihat buruk seperti otakmu yang cacat karenanya! 
  38. Lemari sebesar ini saja masih kau tabrak, apa matamu sudah tak bisa melihat? 
  39. Lidah mu sudah mati rasa ya?? Sayur sudah asin begini tapi kau bilang masih kurang garam. 
  40. Lihat dan malulah sedikit dengan tubuhmu yang kekar dan besar itu! hanya mengangkat barang ini saja kau tidak kuat dan histeris berteriak minta tolong. 
  41. Lihatlah orang tuamu yang bekerja keras membanting tulang tak kenal lelah, apa kau lumpuh sehingga tak mampu mengerjakan apa-apa? 
  42. Lihatlah perjuangannya untuk mendapatkan hatimu, apa kau tidak memiliki hati sama sekali? 
  43. Mengapa kau bisa sedungu itu? Apa otakmu tak lagi mampu digunakan untuk berpikir? 
  44. Mengapa kau masukkan garam ke dalam gelas kopi ku? Apa matamu rabun yang tidak bisa membedakan antara gula dan garam? 
  45. Mengapa kau menerobos lampu lalu lintas yang sedang menyala merah, apa kau buta warna? 
  46. Mimpi apa kau semalam? Mukamu pucat sekali hari ini! 
  47. Nasi goreng ini terasa sangat pedas seperti akan membakar lidahku dan kau malah ingin menambahkan sambal ke dalamnya, apa lidahmu tidak lagi peka terhadap rasa pedas? 
  48. Nuranimu lagi tidur ya? Bisa-bisanya kau mengeroyoki temanmu di depan umum. 
  49. Pakaian yang kau kenakan hanya itu-itu saja, apa hanya selembar kain itu yang kau gunakan sebagai penutup tubuhmu? 
  50. Pasokan cabai di rumahmu sangat banyak sekali ya, sampai-sampai pisang goreng ini kau beri cabai supaya pedas. 
  51. Pedagang itu hanya berjualan sayuran dan aku yakin hidupnya sangat menderita, teganya dirimu menawar barang dagangannya dengan harga yang begitu rendahnya, apa kau ini tak memunyai perasaan? 
  52. Pekerjaan seperti ini saja kau tidak bisa menyelesaikannya, apa dahulu kau tidak pernah makan bangku sekolah? 
  53. Percuma saja aku bekerja hingga badanku jadi tengkorak begini, kalau ternyata hasil kerjaku tak dihargai juga. 
  54. Percuma saja aku berbicara hingga mulutku berbusa, kalau ternyata ucapanku ini tak didengar juga. 
  55. Percuma saja aku menaingis darah untukmu, kalau ternyata kau tak peduli sama sekali dengan perasaanku! 
  56. Percuma saja kamu mempunyai tubuh yang besar, untuk mengangkat galon ini saja kau benar-benar tak bisa diharapkan. 
  57. Persoalan mudah semacam ini saja kau tak bisa mengatasinya, sebenarnya sebodoh apa dirimu ini? 
  58. Sarapan apa kau pagi tadi? Kelakuanmu aneh sekali hari ini. 
  59. Sejak tadi namamu dipanggil melalui pengeras suara, apa telingamu masih berada di tempatnya? 
  60. Sesibuk apakah kamu? Sampai program kerja organisasi tidak berjalan. 
  61. Setahuku, kau sudah lama bekerja di sini. Tapi, mengapa ya hasil kerjamu begitu-begitu saja? 
  62. Setan apa yang tengah merasukimu saat ini? Bisa-bisanya kau berbuat kejam begitu pada istrimu! 
  63. Sudah berapa kau tidak makan? Lahap sekali makanmu itu! 
  64. Sudah berapa tahun kau belajar masak? Masakanmu kok rasanya begini-begini saja! 
  65. Sudah kukatakan berkali-kali agar engkau tak menyentuh barang haram itu lagi, apa kau tuli? 
  66. Sup ini terasa begitu asin bagiku dan menurutmu masih harus ditambahi garam, Apa lidahmu sedang tidak berfungsi? 
  67. Syaraf otakmu sedang putus ya? Bisa-bisanya kau berpikir curang seperti itu! 
  68. Tubuhmu terlalu tambun untuk menjadi lebih gemuk, dan kau masih akan menambah berat badanmu lagi? 
  69. Tumben sekali kau berpikiran secerdas itu. Jangan-jangan tadi kau salah minum obat ya? 
  70. Tumben sekali kau bisa berbicara dengan bijak. Habis terbentur tembok ya kepalamu?